PASTIKAN ANDA MENEMUKAN KAMBING ETAWA GALUR MURNI BERKUALITAS HANYA DI BINNELLA FARM

Minggu, 27 Desember 2009

Catatan Perjalanan II


Hari Sabtu tanggal 26 Desember '09 juga dalam cuaca hujan yang sangat lebat, saya juga menyempatkan diri melihat kambing calon induk di kandang Mas Lasmadi disekitar pasar Kali Gesing. Cukup bagus posturnyacuma rewosnya kurang.

Catatan Perjalanan hari Sabtu, 26 Des'09






Hari Sabtu ini ke Pasar Kali Gesing melihat kambing-kambing yang diperdagangkan . Cukup ramai kambing yang diperdagangkan, salah satunya yang membuat saya tertarik adalah kambing milik bp. Lasmadi diatas ini ..yang sayangnya sudah dibeli oleh rekan dari Banjarnegara seharga Rp.7,900,00,- dengan bentuk kepala dan Kuping nya menurut saya harga tersebut termasuk “ enteng “, sayangnya setelah saya coba kembali beli dengan memberikan “bati “ permintaanya terlalu mahal sehingga saya membatalkan keinginan memiliki kambing tersebut.
Pada hari minggu juga di daerah Brebah diadakan Lomba Kambing Etawa internal Sleman, yang bertujuan untuk menggairahkan para peternakdan masyarakat sekitar Sleman untuk beternak.


Yang membuat saya tertarik adalah kambing Mas Bondan yang pada saat Lomba Purworejo mendapatkan rangking 10 besar Pejantan Super. Performance dari posturnya maju pesat, tinggal merawat bulu dan rewosnya mungkin menurut pendapat saya suatu saat akan menjadi Pejantan Super Kelas 1

Nama Kambing : Anggun
Asal Kambing : Solo

Tinggi Kambing : 78.5 cm
Panjang Kambing : 81 cm
Panjang Telinga Kambing : 30.5 cm

Sabtu, 26 Desember 2009

Cerita berawal pada tahun 1987, pada saat saya Jobless ( tidak kuliah dan tidak bekerja ) sebagai anak tongkrongan di gang-gang sempit tipikal daerah di jakarta. Pada saat itu menjelang hari Raya Idul Adha, saya bersama-sama kawan sepermainan / satu tongkrongan melihat sudah banyak kambing dipinggir jalan mulai dijajakan dipinggir jalan. Kami berpikir lumayan juga nih dagang kambing, iseng-iseng berhadiah. Cuma bagaimana caranya ??? kami gak punya uang ( gak gablek duit kate orang Jakarta ).
Akhirnya muncul ide untuk mendagangkan kambing-kambing yang didagangkan oleh pedagang-pedagang dari daerah daripada kami minta uang koordinasi istilah penggede2 di daerah, lebih baik kita berkeringat sedikit untuk mendapatkan sekedar uang jajan pada saat itu. Ternyata lumayan hasilnya.
Pikiran selanjutnya, bagaimana kalau mengambil langsung dari sentra perdagangan kambing? Tentu hasilnya lebih lumayan ? itu mimpi anak2 umur 17 – 20 tahun.
Pendek cerita, pada musim haji berikutnya, saya pinjam uang dari orang tua ..itupun dengan setengah memaksa. Dengan uang pinjaman Rp. 3 juta tahun 1988 dari orang tua berangkatlah saya ke daerah Belik, Pemalang tempat mertua tetangga dengan harapan teman saya juga mendapat pinjaman dari orang tuanya.
Ternyata setelah beberapa hari di desa belik dan sudah berbelanja kambing, kami mendapat khabar buruk bahwa teman saya gagal mendapatkan pinjaman dari orang tuanya. Waduh gimana ini… ? kadung belanja kambing +- 20 ekor padahal optimal jumlah kambing yang dibawa harus 50 ekor masih kurang 30 ekor. Tapi lagi-lagi dapat pertolongan dari Allah S.W.T saya dapat kepercayaan dari bakul kambing di Belik untuk membawa kambing tanpa harus mengeluarkan uang sehingga genap 50 ekor atau 1 truk kambing yang saya bawa untuk dijual di Jakarta.
Di Jakarta kami berdagang bersebelahan dengan senior pedagang dan tetangga rumah Mas Sarimun ( almarhum ) asal Kebumen.. saya melihat setiap musim haji, beliau membawa tidak kurang 100 ekor kambing & 20 ekor sapi. 20 Ekor kambing adalah kambing yang luar biasa besar.. disinilah perkenalan saya dengan yang namanya kambing etawa.
Begitulah sekelumit kekaguman saya dengan yang namanya kambing Etawa, saya mencari sejak tahun 90 ke kebumen tempat asal Kang Sarimun ( Almarhum ) sampai ke Prembun tapi tidak mendapat hasil. Sempat memang ketika saya mengantarkan kakak saya pulang ke jogja untuk menjenguk mertuana melewati daerah Purworejo yang dipinggir jalan ada patung Kambingnya..hanya karena satu dan lain hal saya tidak sempat untuk menyelidiki lebih lanjut.
Setelah lulus kuliah dan kesibukan bekerja di luar Pulau Jawa, kekaguman dan keinginan memelihara Kambing Etawa hilang sampai di tahun 2007 saya membaca di Majalah Trubus Edisi bulan Mei 2007 yang membahas Kambing Etawa dan lengkap dengan alamat Pasar Pendemnya akhirnya kekaguman saya yang sempat terpendam selama hampir 20 tahun terwujud.
Diantar oleh Satpam di Kantor kakak ipar saya ( Proyek Merapi ) yang juga penggemar Kambing Etawa sampailah saya di Pasar Pendem.
Setelah beberapa kali saya ke Pasar Pendem dan berkenalan dengan beberapa dedengkot Kambing Etawa, mulailah saya membeli kambing etawa dan digaduhkan di sekitar Kali Gesing.
Setelah hampir 1.5 tahun dengan satu pertimbangan saya mulai memelihara di kandang saya sendiri di Ketitang, Boyolali.