PASTIKAN ANDA MENEMUKAN KAMBING ETAWA GALUR MURNI BERKUALITAS HANYA DI BINNELLA FARM

Senin, 22 Februari 2010

Kali Gesing, 21 Feb 2010


Sabtu, jam 5 pagi saya berangkat ke Yogya tujuan ke Kali gesing untuk melihat Pasaran Kambing PE. Sampai di Lokasi Jam 8 pagi. Hanya ada 2 ekor calon betina di pasar yang cukup bagus dan ditawarkan diharga Rp. 15 jt.






Hari sabtu itu juga merupakan hari keberuntungan saya, karena dapat melihat 2 ekor Kambing PE calon pejantan yang sangat bagus. Yang dimiliki oleh petani ( benar2 petani ) yang sepertinya belum terjamah polusi LOMBA & PASAR.
Alhamdulilah, semoga masih banyak petani2 lain seperti beliau ( bp. Keliek ) sehingga kambing2 PE unggulan tidak habis dari bumi Indonesia.















Saya juga berkesempatan untuk melihat kembali kambing yang pertama kali saya lihat di Kali Gesing pada saat awal saya mau memelihara Kambing PE ini. Setelah 3 tahun, alhamdulilah kambing ini masih sehat dan masih dimiliki oleh Pemilik aslinya. Kambing ini adalah Juara I Lomba kambing PE di Palembang tahun 2007. Semoga saja Kambing2 PE juara ini tidak hilang atau dibeli oleh orang2 asing sehingga tidak punah salah satu hewan ternak unggulan bangsa kita.

















Maju terus Peternak Indonesia

Senin, 15 Februari 2010

BREEDING

PELAJARAN BERHARGA.

Tanggal 23 Januari 2010, Jam 5.00 ba’da subuh saya berangkat dr Solo ke Purworejo tepatnya ke Kali Gesing untuk melihat 4 ekor kambing saya dikandang Pak Sumar untuk nitip dikawinkan.

Setelah mampir sebentar di Condong Catur untuk membeli obat radang sendi untuk kambing saya , perjalanan dilanjutkan ke Pasar Pendem.
Tepat Jam 8.00 pagi saya tiba di tempat tujuan.

Pasar sangat ramai sampai2 saya kesulitan memarkir kendaraan. Cukup banyak kambing yang keluar dan bagus2. Ada 1 ekor kambing cempe betina milik Pak Agung dari Kutoarjo yang ditawarkan seharga Rp. 40 jt.

Setelah hampir 1 jam melihat-lihat keadaan pasar, saya menuju warung kopi untuk sekedar minum teh. Diwarung sudah kumpul teman-teman peternak …Mas Sugi & Mas Baduwi / jemblung dari Godean, Mas Joko dari Purworejo, Pak Slamet dari Nganggring dan Dr. Brian dari Bogor.

Setelah berbasa-basi sejenak dan memesan teh, saya meminta saran dari rekan2 peternak mengenai sakit kambing saya ( anggun kambing saya kupingnya seperti scabies / kurap ) yang tidak sembuh2.

Disitulah awal perbincangan yang cukup serius saya dengan Dr. Brian.
Kecenderungan kita peternak kecil adalah apabila kambingnya sakit , bertanya ke dokter hewan, mantri ataupun rekan2 peternak bagaimana penyembuhannya atau obat apa yang bisa menyembuhkannya.

Tapi bagi peternak besar yang mempunyai kambing lebih dari 100 ekor... lebih ke pencegahan, bagaimana agar penyakit tidak menyerang kambing dan kandangnya, apapun jenis penyakitnya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari biaya yang tinggi akibat pembelian obat.

Maka dibutuhkan penelitian sebelum memilih tempat atau kandang pemeliharaan kambing. Itu menyangkut letak kambing ( keterpaparan terhadap sinar matahari ), kecepatan angin dan kelembaban. Hal ini akan kita bahas mendetail di lain waktu.
Pada saat ini penulis hanya ingin memfokuskan pada ” breeding ”, Dimana dr. Brian melihat bahwa ada kecenderungan kekeliruan dari peternak mengenai masalah ” breeding ” ini.

Pertama,
Kecenderungan Peternak didaerah sekitar Kali Gesing / Pasar Pendem yang mengawinkan induknya hampir 70 % ke Pejantan Pak Sumar. Karena ingin mendapatkan Kuping yang panjang, ...tanpa pencatatan.. sehingga apabila dikawinkan dapat mengakibatkan ” INBREEDING ”, yang dapat mengakibatkan cacat pada cempe yang dilahirkan.

Pertanyaanya : Kenapa INBREEDING ???

Ini disebabkan banyaknya gen keturunan Kambing Pejantan Pak Sumar di sekeliling Kali Gesing sehingga dapat mengakibatkan perkawinan sedarah.
Memang ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa Perkawinan Inbreeding antara hasil dan resiko adalah sebanding.

Maksudnya keberhasilan mendapatkan anak kambing SUPER sebanding dengan resiko kegagalannya.

Hanya setelah penulis mendiskusikan pada beberapa dokter hewan, mereka sepakat untuk menghindari perkawinan Inbreeding tersebut.

Kedua,
kecenderungan peternak yang menjual cempe( F1 ) nya yang SUPER hasil dari Perkawinan Pejantan A ( juara ... ) dan Induk A ( juara... )

Yang seyogyanya atau sebaiknya adalah ..... apabila anak kambing ( cempe F1 ) tersebut membawa gen ” DOMINAN ” dari Pejantan dan Induk ( yang Juara ).........Peternak TIDAK MENJUAL CEMPENYA.

Secara ”EKSTRIM” apabila memang kesulitan keuangan, yang sebaiknya di jual adalah Pejantan atau Induknya ( walaupun mungkin dengan berat hati daripada anaknya / cempenya yang ” DOMINAN ” yang di jual.

Karena secara prinsip genetika, anak kambing / cempe yang ”DOMINAN ” akan membawa gen Pejantan & Induknya, dan akan menghasilkan anak / cempe F2 yang lebih baik.
Bagaimana cara mendapatkan F2 yang lebih baik ??

Ini dapat terjadi apabila F1 DOMINAN dikawinkan dengan Pejantan atau Induk Juara lainnya dengan catatan yang lahir adalah keturunan ”DOMINAN ” bukan ” RESESIF ”. ( saya harus buka pelajaran Biologi SMA kembali untuk mengingati istilah DOMINAN & RESESIF ini ).

Apakah arti DOMINAN dan RESESIF ???

DOMINAN adalah faktor gen yang dibawa dari sifat induk dan pejantannya, baik dari segi warna, bentuk fisik ( baik kualitas dan kuantitas )yang dominan.

RESESIF adalah faktor gen yang dibawa dari sifat induk dan pejantan, baik dari segi kuantitas atau kualitas yang tidak dominan.

Dengan kata lain apabila Induk Cempe F1 dikawinkan dengan pejantan B... dibandingkan dengan Cempe F1 dikawinkan dengan pejantan B, ..........tingkat keberhasilan untuk mendapatkan anak kambing / cempe yang lebih baik akan dihasilkan dari Cempe F1 .

Kemungkinan Cempe F 2 ( anak dari cempe F1 ) akan lebih baik gennya dibandingkan dengan Cempe F1 ( anak dari induk cempe F1 ). Dengan catatan kedua-duanya menghasilkan anak yang ” DOMINAN ” secara genetik dari kedua orang tuanya.

Apabila cempe F1 melahirkan anak F2 yang RESESIF, kita tidak boleh putus asa untuk bersabar untuk mendapatkan F2 yang DOMINAN.

Begitu seterusnya , untuk mendapatkan Cempe F3 , diharapkan peternak melakukan langkah-langkah seperti diterangkan sebelumnya.

Itulah mengapa... apabila diharuskan memilih..., lebih baik menjual Induk A atau Pejantan A daripada harus menjual Cempe F1 nya yang DOMINAN ( baik cempenya jantan atau betina )tentunya.

Memang butuh waktu dan pengorbanan,... tapi sebanding dengan hasil yang akan didapat apabila kita sebagai peternak atau ” BREEDER ” dapat menghasilkan anak kambing atau cempe2 terbaik yang akan didapat pada perkawinan ke 3 ( F3 ). Atau sampai ke perkawinan ke 5 ( F5 ).

Sehingga akan terhindar kemungkinan dari Pejantan kepala hitam dikawinkan dengan induk kepala hitam, menghasilkan anak kambing kepala coklat ( ini dari segi warna ), puting susu 4 buah atau kaki berbentuk X. Dan masih banyak lagi kelainan genetik lainnya.

Semuanya dapat diterangkan dalam ilmu genetika ( ini kita berbicara ilmu genetika, mohon tidak dikaitkan dengan TAKDIR ), karena banyak perkawinan hanya sampai tingkat F1 sehingga gen2 RESESIF dari keturunan pejantan & induk sebelumnya masih bisa keluar.

Berbeda apabila perkawinannya dilakukan sampai minimal ke F3 atau F5

Dari perbincangan saya dengan dr. Brian dan sedikit mengingat Ilmu Genetika yang saya pelajari waktu SMA, masuk akal. Bahwa tingkat keberhasilan untuk mendapatkan anak kambing atau cempe yang baik atau super sesuai dengan sifat- sifat pejantan dan induknya...secara statistik sangat tinggi ; mengingat anak kambing atau cempe yang dilahirkan membawa 4 sifat genetik dari 4 kambing juara atau setidaknya dari Peringkat10 besar ( ini apabila susah mendapatkan pinjaman pejantan juara ).

Yang terakhir, tetap kita sebagai peternak harus berdoa setelah berusaha. Karena hanya dengan berdoa kepada ALLAH SWT, insya allah semua dapat tercapai.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan yang penulis punya, mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan.

Ini disebabkan karena Penulis memang tidak dalam kapasitas sebagai ahli genetika hanya sebagai penterjemah perbincangan saya dengan dr. Brian ( dokter hewan, praktisi / pengusaha kambing PE ) dan sedikit membuka memori pelajaran Genetika sewaktu di SMA 23 tahun yang lalu.

Mohon koreksinya apabila ada kekeliruan atau salah kutip demi kemajuan peternak Indonesia.

Bravo Peternak Indonesia.

Minggu, 14 Februari 2010

Mahoni

Nangka

Mlanding

Singkong Karet

Rumput Gajah / Kolonjono

Daun Jagung / Tebon

Ringin

Ketapang

Daun Johar

Pakan kambing ( Kaliandra )

Pakan kambing ( ceryy/talok )

Pakan kambing

Memelihara kambing PE di perbatasan Solo - Boyolali

Ass, Wr. Wb

Dengan segala keterbatasan pengalaman yang saya miliki, ijinkan saya untuk berbagi pengalaman beternak kambing PE di sekitar Perbatasan Boyolali dan Solo. Untuk memelihara Kambing ada beberapa langkah yang harus direncanakan, dipikirkan dan dilaksanakan, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. PENENTUAN LOKASI

Lokasi memelihara kambing PE harus memperhitungkan beberapa aspek, antara lain segi keamanan,bau yang mungkin timbul, ketersediaan pangan , ketersediaan tenaga medis, keterpaparan terhadap sinar matahari, kelembaban, kecepatan angin dan budaya masyarakat setempat.

2. KANDANG

Sebaiknya kandang berupa panggung, atap dari genteng ( mudah menyerap panas & tidak terlalu berisik apabila terkena air hujan ). Hindari penggunaan kayu kelapa untuk lantai karena dikhawatirkan kaki kambing bisa terluka akibat tertusuk kayu kelapa. Untuk induk yang hamil juga disarankan tidak menggunakan lantai dari bahan bambu karena licin. Dikhawatirkan induk hamil jatuh / tergelincir dan mengakibatkan keguguran. Persiapkan kandang sebelum kambing PE yang akan dipelihara datang.

3. ANAK KANDANG

Anak kandang adalah orang yang memelihara, mencari pakan dan membersihkan kandang apabila kita tidak secara langsung memelihara. Jadi kita hanya memonitor , mengajari dan mengevaluasi kemajuan / progress pemeliharaan kambing PE. Walaupun sebaiknya kalo cukup waktu kita harus juga ikut membersihkan kandang dan memandikan kambing untuk menjaga hubungan batin antara pemilik dan kambingnya. jangan lupa kambing ini mahluk hidup yang dapat merasakan kasih sayang pemiliknya.

4. ALAT BANTU ( Motor, Mobil dan Gerobak/wheel barrel )

Alat bantu diperlukan ( tentatif ) untuk anak kandang mencari pakan dan membersihkan kandang.

5. PERSIAPAN MENTAL

PEMBAHASAN :

1. LOKASI

Sebelum kita memelihara kambing PE, ada baiknya kita mencari lokasi yang strategis dan sesuai sehingga menghindari masalah2 yang akan timbul.

Saya ingin berbagi pengalaman mengenai lokasi ini, bahwa lokasi ternak saya sebenarnya cukup strategis karena sudah dipagar dinding bata setinggi 2 m, kanan dan kiri masih berupa tanah kosong, belakang persawahan. Tetapi didepan kandang +- 10 m berupa rumah penduduk.

Awal2 memelihara beberapa kali saya mendapat protes dari tetangga tersebut mengenai bau kambing yang menyengat, usut punya usut ternyata akibat selokan air didepan kandang yang diplester... yang seharusnya lantainya tidak perlu diplester.

Setelah lantainya dibongkar ... bau berkurang, tetapi tidak hilang akibat tanah didaerah kandang berupa tanah liat sehingga susah menyerap air.

Saya coba kurangi lagi baunya dengan menaburkan zeolit / tanah kapur di selokan apabila diperlukan. Juga menanam pohon kamboja, melati, kenanga dsb untuk menyamarkan bau yang datang dari kandang.

Dari semua usaha yang telah saya lakukan untuk mengurangi bau ternyata PENDEKATAN ke tetangga depan kandang tersebut adalah yang paling penting.

Jadi setiap ada rejeki apabila saya kekandang saya berusaha membawa buah tangan untuk tetangga tersebut. Alhamdulilah berhasil. Selesai 1 masalah.

Untuk daerah Kaligesing dan Senduro mungkin tidak ada masalah dengan pangan. Dengan daerah hijaun yang masih sangat luas dibandingkan dengan tempat saya memelihara kambing di Ketitang ( perbatasan Boyolali dan Solo ).
Tetapi dengan ketekunan dan ”try & error untuk saat ini kami masih bisa mensiasati kebutuhan pangan kambing PE saya.

Untuk kebutuhan pangan kambing PE saya, ada beberapa macam pakan antara lain :
Kaliandra ( bibit dr Kali Gesing dan ditanam sekitar kandang ), Kolonjono, Daun Kates, Daun Singkong Karet, Daun Mlanding, Daun Angsana, Daun Ringin, Daun Ketapang, Daun Waru ( kadang2 ), Daun Jagung / tebon, Daun Kacang tanah / rendeng,Daun Nangka, Daun Mangga, Daun Johar, Daun Mahoni dsb.

Belum termasuk tambahan berupa ampas tahu, brand / polard, kulit kedelai, ampas wortel, ampas kacang hijau dan Buah kates.

Memang ada kekhawatiran dan pengalaman dari beberapa teman peternak mengenai pakan hewan terutama Puhung Karet dan Mlanding.

Berdasarkan pengalaman yang saya dapat dari salah satu dedengkot kambing di Kali Gesing untuk menghindari efek keracunan akibat pakan diatas adalah dengan cara mencampur pakan dengan beberapa jenis pakan lain atau sebelum diberi pakan mlanding dan puhung karet, kambing PE terlebih dahulu diberi pakan daun kates.

Berdasarkan pengalaman saya selama 3 tahun ini, alhamdulilah tidak terjadi keracunan akibat pakan tersebut diatas. Mudah2an untuk seterusnya.

Untuk kedepan, saya tetap berpikir untuk mencari tanah tambahan, baik berupa sewa maupun beli ( tentu dengan harga yang terjangkau ) untuk memenuhi kebutuhan pangan kambing PE saya.

Masalah Budaya Setempat,

Salah satu pengalaman saya yang sangat berharga bahwa budaya setempat sangat mempengaruhi keputusan lokasi khususnya untuk lahan ketersediaan pangan.
Mertua saya mempunyai lahan yang tidak terurus seluas +- 1300 m2, ada beberapa pohon jati, pisang dan nangka.
Singkat kata, akhirnya saya bersihkan lahannya kemudian saya tanam Kolonjono ( rumput gajah ). Selang 1.5 bulan , kolonjono mulai hidup dan bertunas. Tetangga yang mempunyai kambing mulai mengikatkan kambingnya disekitar lahan. Memang induknya tidak bisa masuk ke lahan tetapi anak2 kambingnya memakan habis kolonjono yang saya tanam.

Mereka tidak terbiasa menanam dan mencari pangan untuk kambingnya, karena budayanya adalah melepas kambingnya untuk mencari pangan sendiri.
Untuk menghindari perselisihan akhirnya lahan saya pagar dengan biaya yang tidak sedikit, dan boleh dibilang gagal.
Karena lokasinya terlalu teduh sehingga kolonjono tidak bisa hidup maksimal.Berbeda kalau didaerah yang masyarakatnya terbiasa beternak, maka kita tidak perlu takut pakan yang kita tanam akan dicuri baik dengan sengaja ataupun diam-diam.

Masalah Keamanan.

Harus kita sadari sebelum memelihara kambing PE ini bahwa keamanan terhadap pencurian menjadi hal yang paling utama.
Karena nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kambing jawa biasa, maka kita harus mengetahui benar keadaan lingkungan atau dengan pencegahan memakai pagar permanen keliling yang tentunya memakan biaya yang cukup tinggi atau dengan memakai jasa keamanan.
Maka alangkah baiknya kita pelajari betul daerah tempat kita memelihara kambing sehingga kita bisa mengurangi biaya yang tidak perlu.

Masalah ketersediaan tenaga medis

Ditempat saya memelihara kambing PE belum ada tenaga medis atau dokter hewan yang biasa memeriksa kambing. Adanya mantri hewan untuk sapi dan dokter hewan untuk anjing di solo.
Jadi untuk medis, apabila ada masalah dengan kambing PE , saya berkonsultasi dengan dokter hewan di Jogja dan kawan2 peternak di jogja, godean dan kali gesing..
Saya masih mencari dan berharap semoga ada dokter hewan di sekitar Solo yang mengerti dan bisa melakukan perawatan medis terhadap kambing PE apabila diperlukan.
Juga belajar untuk mengetahui hal2 yang bisa mengakibatkan kambing kita terkena penyakit ( tindakan preventif ).

2. KANDANG

Sebelum memelihara kambing, kita sudah harus mempersiapkan kandang terlebih dahulu termasuk saluran pembuangannya sehingga tidak menimbulkan bau.
Ada baiknya kandang kambing kita tidak berdekatan dengan rumah tetangga kita untuk menghindari kritik. Ini berbeda apabila daerah kandang kita budayanya adalah memelihara kambing.

3. ANAK KANDANG.

Salah satu faktor keberhasilan kita memelihara kambing adalah keberadaan anak kandang.
Apabila kita memelihara kambing PE sebagai investasi dan pekerjaan sambilan, posisi anak kandang menempati tempat yang sangat vital. Karena apabila kita salah memilih anak kandang, investasi kita bisa gagal.
Untuk itu kita harus menyeleksi anak kandang jauh hari sebelum kambing PE kita datang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih anak kandang adalah sebagai berikut :
a. Rajin dan jujur
b. Harus terbiasa memelihara hewan ( baik itu sapi , kambing ) agar lebih mudah mendidiknya.
c. Harus telaten dan sabar ( gemati mungkin tepatnya )
d. Sudah bisa menyuntik / membedakan untuk suntik dibawah kulit atau di otot akan lebih baik lagi.
e. Ada baiknya meminta saran dari Mantri hewan didaerah setempat.
f. Gaji yang diminta. Dalam hal ini kita harus sangat bijaksana agar anak kandang kita memperlakukan peliharaannya seperti miliknya sendiri.

4. ALAT BANTU

Untuk memperlancar anak kandang dalam mencari pakan, saya menyediakan motor. Dan untuk membersihkan kandang memakai gerobak sorong.

5. PERSIAPAN MENTAL

Berapapun banyaknya buku yang kita baca tentang beternak kambing PE ataupun berapa kali kita mengikuti seminar memelihara kambing PE, tetap akan berbeda apabila kita sudah memelihara langsung.
Oleh karena itu harus disiapkan mental kita untuk tidak ter nina bobok oleh perhitungan2 dalam buku dan seminar tetapi kita juga harus cerdik dan jernih belajar mengevaluasi setiap keadaan yang kita alami untuk mendapat pelajaran agar mendapatkan hasil yang lebih baik.
Membuka diri, berteman dan bertanya kepada peternak yang lebih senior.
Saya percaya tidak ada keberhasilan yang instan, oleh karena itu apabila kita sudah berusaha sebaik-baiknya, insya allah keberhasilan akan datang dengan sendirinya.

Demikian sedikit pengalaman yang sudah dan sedang dijalani untuk Beternak Kambing PE disekitar perbatasan Boyolali dan Solo, semoga bermanfaat bagi yang ingin memulai beternak kambing PE.
Dan apabila ada tambahan dari para senior peternak , mohon kiranya dapat berbagi pengalaman dengan kami. Terima kasih. Wass. Wr. Wb.